Assalamu’alaikum
Warahmatullahi wa Barakatuh
Alhamdulillahirobbil’alamin,
segala puji hanya bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam, Sang penggenggam jiwa
manusia. Semoga rahmat selalu dilimpahkan kepada seluruh hamba-Nya, Amin.
Sholawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW, Sang
revolusioner dan cahaya bagi segenap kehidupan di bumi.
Yang Saya hormati Ibu Liswati selaku
guru Bahasa Indonesia, dan yang Saya cintai teman-teman serta sahabat X.3. Baiklah,
pada kesempatan ini saya akan membawakan sebuah pidato yang berjudul “ Seks
Bebas Cerminan Lunturnya Budaya Malu Remaja Indonesia
“.
Indonesia adalah sebuah negara di
dunia yang terkenal dengan budaya ala Timur, terlebih lagi Indonesia dominan
dengan warganya yang beragama muslim. Semua agama selalu mengajarkan kepada
kebaikan. Mari kita sedikit menelusuri lebih jauh tentang makna sebuah kata,
yaitu “malu”. Ada berbagai macam pendapat yang bisa kita temukan. Ada yang
mengatakan malu adalah sebuah pelajaran. Seseorang akan menyukai suatu
pelajaran ketika ia menyadari bahwa pelajaran itu bermakna, bermanfaat, dan
berpengaruh bagi kehidupannya, sehingga ia semakin ingin mempelajarinya.
Kemudian dari sisi lain ada pula yang mengatakan bahwa malu adalah suatu
perbuatan yang membuat seseorang menjadi berharga dan dihormati. Lalu,
bagaimana malu menurut versi Anda sahabat? Ya, itu tergantung bagaimana Anda
menempatkannya di kehidupan Anda.
Namun,
seiring dengan berkembangnya zaman yang terjadi secara nyata di Indonesia
adalah turunnya moral anak bangsa, lunturnya budaya malu. Bisa kita lihat di
sekeliling kita, di sekolah, di jalan-jalan, di televisi, bahkan di
tempat-tempat umum lainnya remaja Indonesia sudah tidak malu lagi untuk
mempertontonkan kemesraannya dengan pasangan mereka. Kalau dulu kita sering
melihat papan dengan tulisan “dilarang membuang sampah sembarangan”, atau “dilarang
merokok di area ini”. Sepertirnya kita harus menambah beberapa papan lagi
dengan tulisan “dilarang berciuman sembarangan”, atau “dilarang berhubungan
badan sebelum menikah”. Mengapa? Karena remaja Indonesia sudah menganggap seks
bebas sebagai bagian dari budayanya, tidak ada lagi perasaan malu dan takut
untuk melakukannya secara terang-terangan.
Tahukah Anda? Penderita HIV/AIDS di
Indonesia kini mencapai 200.000 jiwa dan Indonesia merupakan negara yang
penyebaran HIV/AIDS-nya tercepat di Asia Tenggara. Berdasarkan data yang
dihimpun PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia), pada tahun 2006
pelaku seks bebas berada pada kisaran umur 13-18 tahun, 60% di antaranya tidak
menggunakan alat kontrasepsi dan melakukannya di rumah sendiri. Tidak malukah
kita dengan prestasi tersebut? Atau justru kita harus berbangga diri? Pikirkan
itu remaja bangsa!
Seks bebas atau free sex adalah perilaku seksual yang dilakukan oleh seseorang
bersama orang lain di luar ikatan pernikahan yang disahkan secara legal oleh
badan hukum negara dan/atau badan hukum agama. Berciuman, oral sex, hubungan intim adalah contoh perilaku seksual. Dan
perilaku tersebut dikatakan sebagai seks bebas apabila pelakunya berada dalam
suasana pranikah. Dan mirisnya lagi, hal tersebutlah yang marak terjadi di
kalangan remaja Indonesia. Perlu Anda ketahui, 93,7% pelajar SMP dan SMA pernah
berciuman dan melakukan oral seks, 62,7% pelajar SMP sudah tidak perawan, 21,2%
pelajar SMU pernah melakukan aborsi, dan 97% pelajar Indonesia pernah menonton
film porno.
Bagaimana pendapat para remaja
mengenai seks bebas? Ada yang mengatakan seks bebas itu menyenangkan, puncak
dari rasa kecintaan, tidak perlu untuk ditakutkan, bahkan ada yang beranggapan
bahwa itu menarik dan perlu dicoba. Sekali lagi Saya tegaskan, remaja yang
berpikiran seperti itu tentang seks bebas adalah remaja yang kotorannya berada
di atas kepalanya. Apakah Anda dapat menjamin bahwa dengan melakukan hubungan
intim sebelum menikah akan membuat Anda bahagia? Apakah Anda yakin setelah Anda
memberikan tubuh Anda secara sukarela lantas pacar Anda akan bertanggung jawab?
Sekali lagi, Tidak!!!!
Mengapa kita harus meniru budaya
barat yang serba terbuka itu, sementara kita mempunyai budaya yang begitu sopan
dan rapi, serta indah untuk dipandang? Apakah yang ingin dicapai oleh remaja
saat ini dengan mempertontonkan keindahan tubuhnya? Sebuah kebanggaan? Hasrat
untuk dipuji? Atau keinginan menjadi yang tercantik atau tertampan? Tidak
berguna segala keindahan yang Tuhan beri kepada Anda jika Anda dengan
gampangnya mengobral keindahan tersebut. Semakin Anda memamerkan keindahan
tubuh di depan orang yang tidak legal untuk Anda, maka semakin rendah nilai
Anda di mata Tuhan, dan keindahan Anda itu menjadi semakin tidak berharga.
Berikut adalah dampak dari perilaku
seks bebas.
Dampak
fisik:
1. Perempuan
di bawah 17 tahun beresiko terkena kanker serviks,
2. Tertular
HIV/AIDS yang menyebabkan kemandulan bahkan kematian,
3. KTD
(Kehamilan yang Tidak Diinginkan) yang menyebabkan timbulnya perbuatan aborsi
yang akan mengganggu kesuburan, menyebabkan kanker rahim dan beresiko kematian.
Dampak
psikologis:
Timbulnya
perasaan bersalah, marah, sedih, menyesal, malu, stress, benci pada diri
sendiri dan pada orang yang terlibat, takut tidak jelas, tidak bisa memaafkan
diri sendiri, merasa hampa, berhalusinasi, dan timbul ketakutan luar biasa akan
hukuman Tuhan.
Maka dari itu, Saya sebagai salah satu
remaja Indonesia sangat mengharapkan remaja lainnya untuk bangkit dan
menumbuhkan kembali budaya malu di dalam diri kita. Karena baik buruknya negara
Indonesia ini di masa depan tergantung kepada para pemudanya. Menolak berarti
harus berani dan tegas mengatakan TIDAK terhadap SEKS BEBAS.
![]() |
| Say NO to FREE SEX!!! |
Wassalamu’alaikum
Warahmatullahi wa Barakatuh

